Pixel Codejatimnow.com

Bonek Ingin Pemkot Surabaya Tulus ke Persebaya, Bukan Karena Pilwali

Editor : Redaksi  Reporter : Jajeli Rois
Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya
Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya

jatimnow.com - Hasil rapat antara Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya dan Persebaya, terkait dibolehkannya Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) dalam Liga 1 tahun ini, belum sepenuhnya membuat Bonek, suporter Persebaya puas.

Hal itu diungkapkan Husin Ghozali, salah satu perwakilan Bonek GreenNord yang pada Rabu (22/1/2020), mengikuti rapat bersama Dispora dan Persebaya. Ia dan bonek lainnya mengaku khawatir pemkot kembali menjadi pemberi harapan palsu (PHP), seperti yang sudah-sudah.

Dia meminta Pemkot Surabaya lebih berkomitmen terhadap janjinya. Komitmen itu tentu dilakukan atas dasar ketulusan bukan atas kepentingan politik karena Pemilihan Wali Kota (Pilwali) tahun ini semakin dekat.

"Karena bukan satu dua kali loh pemkot tidak bisa berkomitmen terhadap keputusannya sendiri," ujar pria yang akrab disapa Cak Cong itu.

Dia mencontohkan komitmen yang dilanggar Eri Cahyadi yang saat itu menjabat Kepala Dinas Cipta Karya Kota Surabaya, ketika terjadi penyegelan Wisma Karanggayam.

"Saat itu Eri bilang tidak ada penyegelan, pengosongan, pengembokan. Ternyata lidahnya memang tak bertulang. Buktinya sekarang?" ujar Cak Cong.

Eri Cahyadi memberikan soal Mess Karanggayam tiga tahun laluEri Cahyadi memberikan soal Mess Karanggayam tiga tahun lalu

Menurut Cak Cong, statement Eri Cahyadi terkait polemik penggunaan Wisma Persebaya di Karanggayam, Tambaksari itu terekam jelas dalam sebuah video di sebuah media. Video itu beredar ketika pemkot melakukan pengosongan dan penggembokan Wisma Persebaya.

Baca juga:
Pesan Pentolan Bonek ke Aremania Jelang Sidang Perdana Kasus Tragedi Kanjuruhan

Cang Cong menganggap bahwa penyegelan dan pengosongan Wisma Persebaya, termasuk lapangan di dalamnya, bisa berdampak pada pembinaan usia dini. Sebab di sanalah, pembibitan skuad muda Persebaya dilakukan. Begitu pula dengan pelaksanaan kompetisi internal.

Apalagi, dari Lapangan Karanggayam itulah, pemain-pemain hebat dilahirkan. Baik dari mereka yang masuk skuad muda Persebaya, maupun mereka yang mengawali karir dari kompetisi internal Persebaya.

Dari video yang beredar, Eri Cahyadi memang sempat memberikan statement angin segar. Dia menyampaikan di hadapan manajemen Persebaya dan media bahwa semuanya hanya miskomunikasi.

Namun faktanya, sampai sekarang Persebaya tidak bisa memanfaatkan lapangan Karanggayam. Manajemen Persebaya dan bonek pun memilih berjuang di jalur hukum, melalui gugatan di pengadilan.

Baca juga:
Disambut Hangat Aremania, Rombongan Bonek Tabur Bunga di Gate 13 Kanjuruhan

Cak Cong berharap sikap pemkot yang melunak memberikan izin penggunaan Gelora Bung Tomo (GBT) dan Gelora 10 November bukan karena adanya ASN (aparatur sipil negara) di lingkungan pemkot yang digadang-gadang menjadi bakal calon wali kota.

Kekhawatiran Cak Cong tidak berlebihan. Sebab sejak Persebaya kembali ke Liga Indonesia, Green Force tak pernah mendapatkan izin berlatih di Gelora 10 November. Padahal tim lain seperti Madura United dan Persipura mendapatkan izin penggunaan lapangan bersejarah tersebut.

Dia pun mengkritik Wali Kota Tri Rismaharini yang mendekati Bonek hanya ketika akan ada pemilihan wali kota atau ketika Persebaya berprestasi.

"Dulu waktu pemilihan pakai syal bonek bilang ibuke bonek. Tapi setelah jadi seperti ini. Sama ketika Persebaya U-20 juara, disambut, tapi ketika Persebaya ada masalah seperti ini, hilang entah ke mana," tandasnya.