Pixel Codejatimnow.com

Horor Pendaki di Gunung Lawu: Langkah Kaki Misterius Kelilingi Gubuk

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Narendra Bakrie
Ilustrasi gubuk di atas gunung (Foto: malinonews.blogspot.com)
Ilustrasi gubuk di atas gunung (Foto: malinonews.blogspot.com)

jatimnow.com - Wahyu, Dipta dan Windi, tiga pendaki yang mengalami cerita mistis di Gunung Lawu, menulisnya dalam sebuah thread horor melalui akun Twitter Wahyu. Setelah mendirikan tenda dan tidur, Wahyu mendengar suara pintu tergedor berulang-ulang.

Hanya Wahyu yang mendengar suara itu sekitar pukul 01.00 Wib. Sebab Windi dan Dipta sudah tertidur pulas karena kelelahan. Cerita itu ditulis Wahyu dalam akun Twitternya dengan judul Pengalaman Mistis Gunung Lawu (PART 2).

Setelah kaget bukan kepalang, Wahyu sedikit lega karena ternyata yang menggedor pintu gubuk itu adalah bapak-bapak asal Surabaya yang sebelumnya bergabung dalam pendakian mereka bertiga. Di mana saat ketiga pemuda itu mendirikan tenda, bapak itu pamit ke Hargo Dalem.

Setelah menggedor-gedor pintu gubuk, bapak itu kemudian bertanya keadaaan Wahyu, Windi dan Dipta. Setelah mendapat jawaban kalau ketiga pemuda itu baik-baik saja, bapak itu kembali mengingatkan.

"Nanti kalau ada apa-apa, bilang ya," pesan bapak itu kepada Wahyu.

Setelah percakapan singkat itu, Wahyu melanjutkan tidurnya. Sekitar pukul 02.00 Wib, ia kembali terbangun karena bapak itu menggedor-gedor lagi pintu gubuk dengan pertanyaan yang sama.

Baca juga:  

"Saya sempat berpikir janggal, kenapa bapak-bapak ini. Sebenarnya ada apa," ungkap Wahyu dalam hati. Kemudian setelah itu, Wahyu sulit tidur.

Tidak beberapa lama, Wahyu mendengar ada orang yang berjalan di sekitar gubuk yang ia tempati. Awalnya ia mengira bahwa ada seseorang yang mungkin mencari tempat untuk kencing. Namun, suara kaki itu semakin lama semakin kencang dan mendekat.

"Semakin lama suara itu semakin kencang dan seperti orang yang memakai sepatu besar atau boots. Suara kaki itu seperti terus menerus mengelilingi tenda kami. Sempat merinding waktu itu, kemudian saya langsung menyalakan lampu tenda. Tak lama Windi terbangun dan bertanya kepada saya," tutur Wahyu.

"Suara apa itu?" tanya Windi.

"Saya hanya geleng-geleng dan menyuruh dia untuk tidur saja. Tidak usah digubris Win, nggak apa-apa kok," jawab Wahyu.

"Kenapa kok Lampunya dinyalakan? Aku tidak bisa tidur," sambung Windi.

"Yaudah tak matikan lagi," timpal Wahyu.

Baca juga:
Cerita Suara Tentara Berbaris Tengah Malam di TMP Jombang

Sebenarnya, tujuan Wahyu menyalakan lampu waktu itu agar keliatan jika memang ada wujud yang mungkin masuk ke dalam bangunan gubuk. Sebab jika memang ada, mungkin saja Wahyu akan membangunkan Windi dan Dipta dan langsung bersama membuka tenda agar tidak lagi penasaran.

Setelah mematikan lampu, suara kaki itu perlahan menghilang dan Wahyu tanpa sadar ketiduran.

Sekitar pukul 03.30 Wib, bapak-bapak itu kembali menggedor-gedor pintu gubuk. Namu kali ini, Wahyu sengaja tidak menjawabnya. Ternyata gedoran semakin keras dan bapak itu terlihat sangat panik. Dan saat itu, Windi lah yang bangun dan menjawab bapak itu.

Akhirnya pada pukul 05.00 Wib, bapak-bapak itu kembali menggedor-gedor pintu gubuk sambil berkata mengajak Wahyu dan kedua temannya membuka pintu karena sudah memasuki Salat Subuh.

"Pagi itu saya yang membuka pintu, kemudian bapak-bapak itu langsung bertanya kepada saya, gimana mas, tidak ada yang janggal tadi malam. Saya hanya tersenyum sedikit, lalu menjawab, hehe, bapak cerita aja dulu sebenarnya ada apa di sini, siapa tahu cerita kita cocok. Tapi nanti dulu ya pak, saya tak Salat Subuh dulu," ucap Wahyu.

"Iya mas monggo, nanti ceritanya habis ini aja," sambung bapak itu sambil tersenyum.

Setelah Salat Subuh, Wahyu diminta cerita duluan. Kemudian Wahyu bercerita apa yang terjadi mulai dari kejanggalan mendirikan tenda hingga ada orang yang berjalan memutari gubuk tersebut.

Baca juga:
Pulang Naik Bus Hantu: Semarang-Gresik Hanya 15 Menit, Dapat Tiket Tahun 1965

Kemudian bapak itu malah tersenyum dan akhirnya bercerita apa yang terjadi di gubuk itu. Jadi, dua bulan yang lalu, di gubuk itu ditemukan ada orang gantung diri, tepat di samping atas tenda yang didirikan Wahyu dan kedua temannya. Bapak-bapak yang gantung diri itu ditemukan menggunakan sepatu boots.

Bapak itu kemudian menunjukkan masih ada bekas goresan tali yang dipakai bunuh diri.

"Maklum kalau masnya tidak bisa mendirikan tenda di sana. Karena di atasnya bekas lokasi bunuh diri, mungkin arwahnya merasa terganggu dan pas mas mendirikan agak samping, tenda langsung bisa berdiri," ungkap bapak itu.

Wahyu sempat kaget dan ternyata Dipta dan Windi juga mendengarkan percakapannya dengan bapak itu. Dipta dan Windi bahkan sempat syok. Kemudian mereka berdua langsung ingin packing tenda dan ingin keluar dari gubuk tersebut.

"Ternyata terjawab alasan mengapa bapak-bapak itu mengajak kita untuk tidur di warung saja dan mengapa ia selalu mengecek kami sampai empat kali dalam semalam. Itu untuk memastikan tidak terjadi apa-apa pada kita," terang Wahyu.

Bapak itu kembali bercerita, setelah kejadian ditemukannya orang gantung diri itu, tidak ada pendaki yang berani nge-camp di bangunan gubuk tersebut.

"Kami hanya bisa saling pandang waktu itu, mungkin itu pengalaman pertama kali camp di TKP bekas orang bunuh diri," tutup Wahyu.