Pixel Codejatimnow.com

Pertama Kali Digelar, Festival Film Banyuwangi Melahirkan 30 Karya

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Hafiluddin Ahmad
Festival film dan video kreatif desa Banyuwangi
Festival film dan video kreatif desa Banyuwangi

jatimnow.com - Untuk pertama kalinya, gelaran Festival Film telah melahirkan 30 karya anak muda di Banyuwangi. Sineas Mira Lesmana mengapresiasi ajang ini yang menjadi bagian Banyuwangi Festival 2019.

"Banyuwangi telah menempatkan film sebagai sesuatu yang penting dan difestivalkan, itu adalah sebuah langkah yang luar biasa. Dan kini, Banyuwangi mengangkat film sebagai bagian dari kultur dan sesuatu yang harus diperkenalkan," katanya saat menghadiri festival film dan video kreatif desa, Selasa (9/7/2019).

Meski baru pertama kali digelar, setidaknya telah menghasilkan 30 karya seniman film muda yang mengangkat tema besar 'Majestic Banyuwangi'.

Mira Lesmana juga memberikan apresiasinya. Sebab, para sineas muda mengangkat ide cerita lokal yang ada di lingkungannya. Hal ini, kata dia, akan menghasilkan keunikan dan karya yang berbeda dengan sineas lainnya.

"Tentang mengangkat kultur lokal, tidak masalah. Justru cerita bagus itu, yang unik, dan semakin lokal. Bahkan film yang mendunia, dan bisa dihargai di banyak tempat, datangnya dari Meksiko, Prancis," ujarnya.

"Film tidak melulu hanya untuk sisi komersial tetapi punya perannya di tempat-tempat yang lain dan tetap bisa sukses," imbuh istri Mathias Muchus ini.

Seorang peserta yang diberi penilaian oleh Mira adalah film yang berjudul Jaler (lelaki), karya Tim Qmen Crew yang diketuai Lutfi Masduki dan menjadi pemenang dalam Festival Film 2019.

Film itu, mengisahkan tentang keresahan Ghani, seorang remaja pria yang tumbuh menjadi pribadi feminin setelah ibunya meninggal.

Konflik muncul ketika paman Ghani, melihat dia sering belajar menjadi pemain Gandrung. Namun ternyata, sisi feminimnya muncul karena dirasuki oleh roh ibunya yang semasa hidupnya adalah penari Gandrung.

"Temanya sangat menarik, paling unik, dan kuat. Ini kan sesuatu yang jarang dibicarakan. Emosinya di film itu juga dapet," terang Mira.

Lutfi Masduki mengungkapkan, ide pembuatan film ini berawal dari kisah penari Gandrung pria, Marsan. Lutfi mengaku resah banyak masyarakat yang menganggap tabu jika seorang pria menjadi penari Gandrung.

Baca juga:
Spoiler One Piece Episode 1092: Teka-teki Pulau Egghead dan Dr Vega Punk

"Saya ingin membuka mata masyarakat bahwa dulu Gandrung itu awalnya ditarikan oleh seorang pria, bukan perempuan. Dan Marsan adalah penari Gandrung pria terakhir, yang kemudian kini Gandrung dimainkan oleh perempuan," kata Lutfi.

Menurutnya, festival film ini dapat menjadi wadah bagi dia ataupun pembuat film pemula untuk mengekspresikan karyanya.

"Sangking senangnya waktu ada pengumuman festival film, saya langsung kontak semua teman untuk membuat film pendek. Kami ber-15 pembuat film ini hanya mengeluarkan Rp 250 ribu. Semua tidak ada yang dibayar. Kami hanya ingin menunjukkan bahwa anak daerah juga bisa membuat film," kata dia.

"Banyak teman dari daerah lain iri, Banyuwangi mulai menggelar festival film. Festival ini benar-benar jalan bagi kami untuk menampilkan karya kami dan dikuratori dengan baik, sehingga memacu kami untuk terus berkarya," sebutnya.

Bersamaan dengan festival ini, juga digelar lomba video kreatif desa. Dimana setiap desa di Banyuwangi membuat video promosi tentang profil daerahnya.

Baca juga:
Peringati HGN, Pengusaha Lamongan Booking Bioskop Ajak Guru Nobar Film Budi Pekerti

"Secara tidak langsung, ini mengedukasi desa untuk melakukan marketing desanya. Mereka secara tak langsung kami paksa untuk berpikir kreatif untuk mempromosikan potensinya yang menonjol dalam sebuah video kreatif tentang desanya," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Terkait festival film, Anas mengapresiasi karya-karya yang telah masuk. Bahkan ada karya buatan anak SMKN Tegalsari, Banyuwangi yang bercerita kegigihan seorang pelajar untuk menyelesaikan pendidikannya di tengah kendala yang ada.

"Festival film ini tidak hanya sekedar untuk promosi pariwisata, namun ini juga jalan bagaimana sineas-sineas muda bisa tumbuh dan menghasilkan karya film yang mumpuni," pungkas Anas.