Pixel Codejatimnow.com

Giliran Peternak Ayam Potong di Mojokerto Menjerit

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Supriyadi
Peternak ayam di Dusun Pandan Kuning, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto
Peternak ayam di Dusun Pandan Kuning, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto

jatimnow.com - Tidak hanya peternak ayam di Blitar dan Tulungagung. Peternak ayam di Mojokerto juga menjerit atas anjloknya harga ayam potong saat ini. Harga ayam potong hidup dari kandang di Mojokerto, hanya dihargai Rp 8 ribu per kilogram.

Para peternak di Mojokerto pun resah karena mengalami kerugian. Para peternak dibayangi kebangkrutan alias gulung tikar.

Salah satu peternak ayam, Alvan Wahyudiono mengatakan, dirinya dan peternak lainnya di Dusun Pandan Kuning, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, merugi setelah harga ayam anjlok hingga Rp 8 rupiah.

Baca juga: 

"Kalau di kandang dihargai Rp 8 ribu, kami para peternak rugi mas, per 1000 ekor bisa rugi Rp 2 juta bahkan lebih. Awalnya harga Rp 18 ribu, harga stabil dari kandang tapi di pasar harga daging ayam di pasar masih Rp 30 ribu," kata Alvan, Rabu (26/6/2019).

Para peternak ayam mengosongkan kandangnyaPara peternak ayam mengosongkan kandangnya

Baca juga:
Pj Wali Kota Batu Siapkan Subsidi Pakan Ternak, Sikapi Lonjakan Harga Telur

Harga Rp 8 ribu itu, lanjut Alvan, tidak bisa menutupi biaya pakan. Sedangkan untuk menutup biaya pakan, paling tidak dihargai Rp 15 ribu.

"Kalau Rp 8 ribu, kita nggak bisa mengembalikan biaya pakan dan tidak bisa bayar anak kandang (karyawan), belum biaya perawatan," terangnya.

Saat ini Alvan memilih untuk mengosongkan kandangnya dan menunggu harga ayam kembali stabil di harga sekitar Rp 16 hingga Rp 18 ribu dari peternak atau kandang.

Baca juga:
Peternak Kediri-Blitar Bagikan Telur Gratis, Aksi Protes pada Mafia Industri

"Kandang saya kosongkan sejak terakhir panen sebelum Hari Raya Idul Fitri kemarin sambil menunggu harga kembali stabil. Kalau saya ambil bibit sekarang takutnya nanti harga tetap segini (Rp 8 ribu), ya nggak dapat hasil malah rugi," jelas Alvan.

Peternak ayam lainnya Paser (42) yang beternak di dusun yang sama berharap agar pemerintah bisa mencari penyebab anjloknya harga ayam tersebut.

"Harus bisa memutus rantai kartel, siapa saja oknum-oknum yang berpengaruh, biasanya di kandang Rp 10 ribu, di pasar Rp 20 sampai Rp 22 ribu itu paling mahal. Itu dari kandang ke bakul lalu ke pasar," bebernya.