Pixel Codejatimnow.com

Kota Mojokerto Daerah Stunting Terendah di Jatim

Editor : Arina Pramudita  Reporter : Achmad Supriyadi
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat antisipasi stunting ke anak. (Foto: Diskominfo Kota Mojokerto/jatimnow.com)
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat antisipasi stunting ke anak. (Foto: Diskominfo Kota Mojokerto/jatimnow.com)

Mojokerto - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia baru saja merilis data problem stunting di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2021. Disebutkan bahwa problem stunting di Jatim mencapai 23,5 persen.

Selain itu Kemenkes juga merinci di setiap kota dan kabupaten yang ada di Jawa Timur. Disebutkan stunting tertinggi di Jatim berada di Kabupaten Bangkalan, yang mencapai 38,9 persen.

Sementara angka stunting terendah adalah Kota Mojokerto, yakni 6,9 persen. Disusul Kota Madiun 12,4 persen dan ketiga terendah adalah Kota Blitar dengan 12,9 persen.

Menanggapi itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dr Farida Mariana menyampaikan survey tersebut berasal dari status gizi Indonesia. Dan itu dilaksanakan dari Balitbang Kemenkes.

"Jadi mereka pakai sampling. Dan kebetulan Kota Mojokerto disampling cukup banyak, jadi validitas angka itu cukup tinggi dan itu survey resmi tahun 2021 kemarin," kata Farida, Minggu (9/1/2022).

Menurutnya, stunting itu dari hasil pemeriksaan perawakan tinggi badan yang tidak sesuai.

"Kalau dari hasil kami sekitar 515 anak. Cuma kan itu nanti yang ketemu kami konsultasikan ke dokter spesialis anak yang ada di puskesmas," lanjutnya.

Baca juga:
Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Pastikan Program Makan Siang Gratis Direalisasi

Farida menjelaskan, stunting perlu dilihat dari penyebabnya.

"Kalau misal karena orang tua pendek tak masalah. Karena dari turunan dan genetik," tegasnya.

Namun, lanjutnya, jika itu dari pola asuh yang kurang atau karena penyakit, maka harus diintervensi. Sebab itu adalah stunting sebenarnya.

Terpisah, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menambahkan, persoalan stunting harus ditangani mulai dari hulu ke hilir secara preventif. Yakni, mulai dari calon pengantin dan pada saat hamil serta lahir bayi. Jangan sampai anak kurang gizi atau salah pola asuh.

Baca juga:
Budi Daya Ikan jadi Solusi Pj Wali Kota Malang Tangani 3 Masalah Ini

"Pas balita sudah stunting kami kawal dari sisi gizi, tapi itu pun tak bisa Dinkes saja yang gerak. Ini proses keroyokan stunting, jadi lintas OPD bergerak harapannya bisa diturunkan," paparnya.

Menurut Ning Ita sapaan akrabnya, rendahnya angka stunting ini juga bisa diartikan adanya kesejahteraan di masyarakat Kota Mojokerto.

"Jadi sudah banyak kegiatan dari berbagai OPD misal dari Diskoperindag bagaimana inkubasi wirausaha. Seperti itu mengerek pendapatan warga miskin yang akhirnya balita kita juga yang tadinya kurang gizi jadi terangkat," pungkasnya. ADV