Pixel Codejatimnow.com

Mahasiswa ini Telorkan Tongkat 'Ajaib' untuk Tuna Netra

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Farizal Tito
Jarot sedang mempraktekkan temuan tongkat elektronik/Istimewa
Jarot sedang mempraktekkan temuan tongkat elektronik/Istimewa

jatimnow.com  -  Mahasiswa ini menciptakan tongkat istimewa bagi penyandang tuna netra yang dilengkapi sensor jarak dan alarm.

Dia adalah Jarot Bangun Purnomo. Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Tak sia - sia, dengan keikhlasan dan keuletan,  dia berhasil membuat sebuah alat berupa tongkat elektronik yang mampu memandu penyandang tuna netra saat berjalan tanpa bantuan orang lain.

Berbentuk tongkat dengan sensor Ultrasonik, alat temuan Jarot tersebut dapat mendeteksi halangan berjarak satu meter lengkap dengan sirine sebagai suara untuk memperingatkan penggunaanya.

"Penelitian alat ini merupakan yang pertama kali, karena dimulai dari nol serta terus dipikirkan dan dikembangkan sebaik mungkin," tutur Jarot Bangun Purnomo, Kamis (1/3/2018).

Mahasiswa program studi Teknik Informatika itu mengaku, tongkat ciptaannya tersebut dibuat didasari oleh semangat ingin menolong sesama, terlebih saat ini latarbelakang tujuannya juga untuk mempermudah ibunya yang kesehariannya sebagai guru SLB di SDN Klampis Ngasem 2 Surabaya.

"Guru SLB yang selalu berhadapan dengan murid-murid yang memiliki kekurangan jadi semoga tongkat ini dapat mempermudah ibu dalam mendidik siswanya. Saya pun dulunya bersekolah di tempat Ibu jadi saya juga bisa merasakan bagaimana teman-teman yang kesulitan untuk berjalan ataupun kesulitan untuk membaca. Dari situlah dia mempunyai keinginan kuat untuk bisa membantu mereka," jelasnya.

Mahasiswa yang akrab disapa Jarot ini menjelaskan cara merakit tongkat yang memiliki sensor yang canggih tapi biaya perakitan yang cukup murah yakni dengan biaya Rp 200 ribu.

"Dalam proses pembuatannya, pertama adalah tongkat, kabel-kabel yang dibutuhkan, dua sensor ultrasonik. Setelah itu dirakit dan ditambahkan teknologi arduino UNO yang berperan sebagai otak perintah sensor dalam mendeteksi halangan (objek)," jelas mahasiswa semester 9 ini.

Setelah komponen dirakit, tambahnya. Dilakukan pemrograman sehingga cara kerja sensor yang pada prinsip nya menggunakan cara kerja pandangan kelelawar. Konsep pandangan sensor seperti kelelawar itu tujuannya untuk mendeteksi objek yang akan mendekat atau didekati oleh tunanetra ketika berjalan.

Baca juga:
Keunggulan Galaxy AI di Samsung S24 Series, Yuk Kepoin!

Sensor yang terpasang pada tongkat itu, otomatis akan menangkap dan memancarkan sebuah gelombang. Dengan begitu sinyal receiver akan mengeluarkan outputan berupa getaran dan bunyi beep kepada pengguna tongkat,” ungkap mahasiswa berusia 24 tahun itu.

Ditanya berapa lama merakit tongkat yang dapat dikatakan ajaib itu, Jarot mengakui bahwa dirinya membutuhkan waktu selama dua bulan. Dan Diakuinya pemanfaatan tenaga surya bisa bertahan hingga 4 hari dengan daya hingga 1500mA dengan asumsi di gunakan secara non-stop dan di nyalakan secara terus menerus.

"Jika tongkat digunakan di luar ruang, dan terkena sinar matahari secara otomatis ini akan mengisi dayanya dengan sendirinya. Dan ini bisa digunakan dalam keadaan padam," papar Putra dari Suparno Argo Cahyono ini.

Meskipun begitu, lanjut dia tongkat pendeteksi yang ia buat masih belum bisa digunakan untuk keadaan hujan atau cuaca buruk.

Baca juga:
8 Keunggulan TV TCL 55A28 Dibandingkan Pilihan TV Lainnya

“Teknologi yang saya gunakan masih standart, saya ingin mengembangkan agar tongkat ini memiliki teknologi waterproof” harapnya.

Selain itu, kedepannya Jarot optimis bisa mengembangkan teknologi tongkat pendeteksi halangan (objek) dari segala arah dengan sudut hingga 180 derajat. Serta ingin mebuat packaging teknologi tongkatnya lebih fleksibel dan rapi sehingga bisa untuk digunakan dengan layak oleh penyandang tunanetra.

Reporter: Fahrizal Tito

Editor: Arif Ardianto